Jadilah Pemimpin
"Investasi terbaik untuk masa depan adalah pengaruh yang tepat hari ini” Ujar John C. Maxwell, pakar kepemimpinan dunia yang disegani. Ia pula lah yang mengatakan, bahwa kata terbaik yang bisa mewakili kepemimpinan adalah “pengaruh”. Kepemimpinan adalah karir puncak yang diidam-idamkan oleh para profesional. Jadilah pemimpin, itu kira-kira yang saya pikirkan 17 tahun yang lalu ketika saya berpikir, bagaimana caranya saya bisa meraih impian untuk memiliki sekolah.
Jika ketika itu saya memaksakan diri untuk membuat sekolah dengan bekerja kepada orang lain, sebagai karyawan saya sudah bisa memperkirakan bahwa saya akan menjadi pemimpin dalam 10-15 tahun. Bagi saya itu adalah waktu yang terlalu lama, karena setelah itulah saya bisa mengumpulkan uang cukup banyak untuk mewujudkan impian saya. Menyadari hal ini, saya mengambil keputusan, bahwa saya harus mempercepat kepemimpinan saya.
Di masa saya sekolah SMA, saya memulai kepemimpinan saya. Membangun study club, ini adalah kelompok belajar mingguan. Diselenggarakan disekolah, direstui oleh wakil kepala sekolah, saya mengajar matematika, fisika dan kimia, untuk kakak kelas saya, yang akan mengikuti EBTANAS, ketika saya masih di kelas satu ketika itu. Selain itu, saya juga membentuk kelompok belajar untuk teman-teman satu angkatan. Saya juga menggerakkan team cepat tepat, untuk tampil di TVRI. Ketika team disekolah lain kebanyakan belajar ketika dikumpulkan guru pembimbing, saya mengambil inisiatif, untuk memimpinnya secara mandiri dengan tetap didukung oleh wakil kepala sekolah ketika itu.
Kepemimpinan bisa anda raih mulai sekarang ini juga. Lihatlah setiap orang memiliki orang-orang yang dipengaruhi hidupnya oleh orang lain. Itu artinya ia dipimpin oleh orang lain. Begitu juga sebaliknya setiap orang mempengaruhi hidup orang lain, artinya setiap orang secara sadar atau tidak adalah seorang pemimpin.
Kehidupan seperti sebidang ladang yang siap menerima benih apa saja, yang dilemparkan atau diletakkan kepadanya. Jika kita membiarkan ladang itu begitu saja, maka berbagai pohon, rumput dan jamur akan tumbuh disana. Mungkin ada monyet yang membawa biji kedondong, kedondonglah yang tumbuh. Ada luwak yang membawa biji kopi, kopilah yang tumbuh, angin membawa ilalang, ilalang yang tumbuh. Begitulah kehidupan, jika anda membiarkan ladang kehidupan anda tanpa sebuah rencana, maka ia menjadi begitu tergantung kepada alam, tergantung kepada berita di tv, di koran dan lain sebagainya.
Seorang petani yang pintar, akan menanam sesuatu yang ingin ia panen. Jika ia ingin panen jagung, ia menanam jagung. Jika ia ingin panen padi, ia tidak akan menanam singkong. Setelah menentukan bibit yang ia tanam, maka ia akan menjaganya dari gangguan hama, binatang liar maupun orang yang mengusik tanamannya. Ia akan menyemainya, membersihkan dari gulma, agar panen bisa baik.Demikian juga, jika anda ingin meraih kebahagiaan hidup melalui kepemimpinan, anda perlu mulai menaburnya.
Coba lihat Artikel di bawah ini
Setiap kelompok tertentu pasti memiliki pemimpin dan anak buah. Sebuah studi melalui sosial media Facebook pun mengungkap sebab sebenarnya bagaimana seseorang bisa menjadi pemimpin bagi yang lain.
Studi yang dilakukan oleh mahasiswa New York University menganalisis kombinasi data profil pemilik akun Facebook yang paling bisa mempengaruhi teman-temannya.
Sebanyak 49% pengguna pria lebih berpengaruh daripada wanita, namun wanita 12% lebih tahan pengaruh dari pria. Selain itu, 46% wanita lebih banyak mempengaruhi pria dibanding wanita lainnya. Pengaruh tersebut juga disebabkan oleh usia, dimana orang-orang dengan usia lebih dari 31 tahun memiliki kemampuan meyakinkan teman mereka sebesar 51%.
Status hubungan pun ikut menjadi salah satu sebab seseorang bisa menjadi pemimpin. Uniknya, orang single memiliki kesempatan 113% mempengaruhi orang lain dibandingkan dengan orang yang berpacaran. Presentase meningkat sebanyak 128% ketika dibandingkan dengan status hubungan 'rumit'.
Seperti yang dilansir dari New Scientist (22/06), para peneliti belum bisa menjelaskan mengapa faktor-faktor tersebut mempengaruhi seseorang untuk bisa menjadi pemimpin. Namun alasan yang yang bisa mereka simpulkan adalah orang yang memiliki status hubungan biasanya mudah dipengaruhi oleh orang terdekat mereka, sehingga mereka tidak bisa dijadikan panutan.
3 Remaja Jadi Jutawan Berkat Teknologi
Dunia digital membuka peluang tak terkira. Salah satunya: menjadi triliuner tanpa perlu menunggu rambut beruban terlebih dahulu. Semenjak masih remaja, sejumlah ABG geekkini telah menjadi Richie Rich.
Semua orang tahu, salah satu ikon Richie Rich 2.0 adalah Mark Elliot Zuckerberg, pendiri Facebook. Pemuda yang drop out dari Universitas Harvard dan kini berusia sekitar 27 tahun ini, telah menjadi kaya raya ketika usianya baru menginjak usia 20. Hingga Maret 2011, anak dokter gigi ini ditaksir memiliki kekayaan hingga US$13,5 miliar atau setara Rp121,5 triliun—yang menempatkan dia di daftar orang terkaya ke-19 di Amerika Serikat. Majalah Forbes mentahbiskan dia di posisi ke-52 orang terkaya sejagat. Goldman Sach menaksir Facebook tak kurang bernilai US$50 miliar.
Berikut adalah 3 remaja kaya karena teknologi:
1. Robert Nay
Pecandu mobile game dan pengguna iPhone pastinya tak asing dengan Angry Fish. Saking populernya, game ini sempat menduduki posisi nomor 1 aplikasi yang paling banyak diunduh di iTunes App Store. Namun, sejak awal 2011 lalu, tanpa ampun Angry Fish didepak oleh Bubble Ball, sebuah game baru ciptaan Robert Nay, seorang ABG berusia 14 tahun. Ini semacam puzzle game di mana pemain diuji kemampuan berpikirnya untuk membuat gelembung balon sampai di tujuan.
Game gratis ini, tercatat sudah diunduh dua juta lebih orang, hanya dua minggu semenjak diluncurkan. Dengan hitungan-hitungan kasar bahwa untuk setiap game yang diunduh, Apple membayar US$0,99–setara Rp9.000– Nay sudah mengantongi pendapatan sebesar US$2 juta atau Rp18 miliar, sekali lagi, hanya dalam dua pekan.
Seperti diberitakan laman ABC, Nay memulai mengenal dunia programming ketika dia pertama kali membuat halaman web saat dia duduk di bangku kelas tiga SD. Melihat bakat luar biasanya, teman-temannya lalu meminta dia membuat game sendiri.
Perjalanan Bubble Ball dimulai dari riset Nay di sebuah perpustakaan lokal. Di situ, dia menemukan program bernama Ansca Monile's Corona SDK (Software Development's Kit), yang membantu dia untuk menyederhanakan proses pemrograman game yang dirancangnya itu.
Selama sebulan lebih, Nay yang sekarang menjadi CEO Nay Games, menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk menyelesaikan programnya—total terdiri dari 4.000 baris lebih kode program. Total biaya yang dihabiskannya sekitar US$1.200—berasal dari uang pemberian orangtua Nay, untuk membeli komputer Macintosh dan sejumlah software.
Sukses dengan Bubble Ball, Nay kabarnya sedang mempersiapkan game baru yang lain. Apa game itu, dia masih rapat merahasiakannya.
2. Mark Bao
Remaja ajaib lain adalah Mark Bao, saat ini berusia 18 tahun dan masih bersekolah di sebuah SMA di Boston, AS. Dalam usia semuda itu, Bao sudah memiliki 11 unit bisnis digital. Tiga di antaranya sudah berhasil dia jual.
Bao kini menjabat sebagai CEO Avecora, sebuah perusahaan yang dia gambarkan bertujuan untuk "mengubah secara fundamental cara kita berkomunikasi dan memfasilitasi interkoneksi antar semua orang dan perangkat komunikasi." Jaringan global ini rencananya akan dia luncurkan pada 2013. Selain itu, dia juga memiliki beberapa proyek startup lain seperti Genevine, Supportbreeze, dan Classleaf.
Tidak hanya itu, berpendirian bahwa "berkontribusi balik kepada masyarakat melalui mekanisme nonprofit adalah sesuatu yang sangat penting untuk saya", Bao mendirikan organisasi nonprofit, Genevine Foundation dan The Center for Ethical Business.
"Saya bergerak cepat. Saya ambisius. Saya hadir untuk membawa perubahan," begitu Bao mendeskripsikan dirinya.
Dalam sebuah wawancara dengan juniorbiz.com, Bao mengatakan cita-citanya adalah mengumpulkan kekayaan hingga US$10 miliar atau Rp90 triliun. Dari jumlah itu, 80 persen akan dia sumbangkan kepada organisasi nonprofit di bidang penelitian dan bantuan kemanusian. "Adapun 5 persen lainnya akan digunakan untuk membantu perusahaan startup untuk tumbuh," ucap Bao.
Bao—seorang imigran China—mulai menjadi teknopreneur sejak dia duduk di bangku kelas 5 SD. Menggunakan Visual Basic 6.0 dia menulis sebuah aplikasi sederhana untuk mengatur jadwal membuat PR dan membantu dia menulis makalah. Dia lalu mengkopi program itu ke disket dan menjualnya ke teman-teman sekolah.
Startup pertama dia diluncurkan di tahun pertamanya di SMA. Namanya Debateware.com. Ini adalah system manajemen even untuk organisasi debat. Bao dan partner bisnisnya berhasil menjual program ini ke sebuah organisasi debat terbesar di AS.
3. Adam Horwitz
Daftar Richie Rich tak bakal komplit tanpa memasukkan nama Adam Horwitz. Seperti ditulis juniorbiz.com, Horwitz memulai petualangan digitalnya ketika dia masih duduk di bangku kelas satu SMA di Pacific Palisades, saat berumur 15 tahun. Ketika itu ia membuat sebuah blog gosip gila-gilaan tentang teman-teman sekolahnya. Para orangtua yang was-was dengan dampaknya, memaksa dia menutup blog ini.
Horwitz lalu membuat Urban Stomp. Ini website yang menampilkan berbagai acara musik dan lokasi pesta di sekitar wilayah tersebut. Urban Stomp pernah berhasil mendatangkan 800 orang di sebuah pesta. Entah kenapa, dia memutuskan untuk menutupnya setelah beroperasi beberapa pekan.
Horwitz kini menjalankan perusahaan yang bertujuan mengajari remaja berumur 15 tahun ke atas untuk mencari uang online. Dia meluncurkan Mobile Monopoly dan Cell Phone Treasure, di mana masing-masing telah menghasilkan US$100 ribu atau sekitar Rp900 juta. Selain itu, dia juga sedang membangun satu platform baru, yang dinamainya Dude I Hate My Job. Ke mana-mana, ABG ini melesat dengan sedan mengkilat Audi A5 2010.
Dalam sebuah wawancana dengan juniorbiz, Horwitz mengatakan pebisnis muda seringkali menemui hambatan berupa stereotip dari masyarakat. "Orang pada awalnya tidak percaya pada saya. Teman-teman saya juga selalu beranggapan kamu tidak bisa berbisnis pada usia dini," katanya.
Padahal, kata dia, berbisnis mulai usia muda punya banyak keuntungan. Salah satunya adalah tidak harus membayar pajak karena masih tinggal bersama orangtua.
"JIka kamu seorang entrepreneur muda dan sedang berusaha membangun bisnis online raksasa, jangan pernah berpikir kamu tidak bisa mewujudkannya," Horwitz berpesan. "Dengan Internet, kamu bisa melakukan hamper apa saja.
sumber
Salam hebat!!!
0 komentar:
Posting Komentar